Sunday’s Notes #3

Tidak terasa Gavin kini sudah berusia 5 bulan 12 hari. Woghhh, cepat sekali waktu berlalu. Sekarang saya mengerti kenapa banyak sekali orangtua yang sering berkata, “Don’t grow up so fast, my baby.” Saya pun merasa demikian saat ini. Dari yang saat lahirnya Gavin memiliki tubuh yang mungil karena BB-nya yang hanya 2,66 kg hingga hari ini rasanya saya butuh tenaga lebih banyak untuk menggendong tubuhnya yang kini mencapai 8,1 kg. Secara bercanda sembari menggendong Gavin dalam pelukan, saya berkata kepada F, “Anak kesayangan Mommy, nanti kalau sudah besar ‘ga boleh kemana-mana yah, ‘ga boleh punya cewe, harus sama Mommy terus selamanya!” F kemudian akan menegur saya, “Kamu ini yah!” hahaha…Oh, tidak, saya sudah menjadi Mommy yang posesif >,<

Sungguh, kalau dipikir-pikir, hidup saya sangat diberkati oleh Tuhan. Setiap malam sebelum saya memejamkan mata untuk tidur, saya akan memandang wajah Gavin lamaaaaa sekali dan berkata dalam hati, “Terima kasih, Tuhan, terima kasih, Kau telah memberikan anugerah yang paling indah dalam hidupku.” Bagaimana tidak, jika saya flash-back kembali, perjalanan dari sejak saya mulai hamil hingga Gavin lahir ke dunia sangat istimewa bagi saya, tidak sedramatis cerita-cerita di sinetron, namun tetap spesial di hati saya.

Gavin2

Menikah pada tanggal 31 Januari 2015, saya dan F memutuskan untuk tidak terlalu cepat memiliki anak. Alasannya sederhana, kami belum siap, baik secara finansial maupun mental. Saat itu kami baru saja menikah yang tentunya cukup banyak dana yang dihabiskan untuk acara tersebut, belum lagi dengan tambahan renovasi rumah baru kami, pembelian furniture rumah, kitchen set dan perlengkapan lainnya, kami prefer untuk pelan-pelan menabung kembali. Bagi kami, punya anak bukan sekedar hamil, melahirkan dan kemudian anak tersebut hadir di tengah-tengah kami, melainkan kami juga perlu mempersiapkan yang terbaik (menurut versi kami) baginya. Istilahnya, kami juga perlu merencanakan mau dikasih makan apa anak kami nanti (secara kata orang, makan cinta aja ‘ga cukup yah, hihihi…:p). Lalu kalau mengenai kesiapan mental, hmm…saya merasa mengurus diri sendiri saja masih tidak becus, bagaimana mau mengurus anak, hahaha…saat itu saya merasa belum pantas untuk menjadi seorang ibu. Dan, yang ada di otak saya hanya kerja…kerja…dan kerja…rasa-rasanya belum ada waktu untuk anak dalam hidup saya.

Mendekati 1 tahun usia pernikahan kami, saya dan F pun memutuskan bahwa sudah saatnya kami memasuki fase baru kehidupan kami, parenting life, artinya kami sudah siap untuk memiliki anak. Sebagai wujud keseriusan kami, saya dan F melakukan medical check-up untuk memastikan kondisi kesehatan kami berdua. Kami mengambil paket pre-marital check up di RS Royal Taruma, Jakarta Barat. Loh kok, pre-marital? Hahaha…jangan bingung, kami ambil paket tersebut karena dalam paket tersebut ada pemeriksaan khusus untuk wanita seperti pemeriksaan mengenai tokso, rubella dan USG kandungan yang menurut kami sangat diperlukan dalam persiapan kehamilan. Setelah kami cek dengan pihak RS, mereka juga tidak keberatan kami mengambil paket tersebut meskipun sudah menikah. Puji Tuhan, dari keseluruhan check-up tersebut, hasilnya bagus semua, we were ready.

Kemudian, pas 1 tahun pernikahan kami, saya pun positif hamil. Tuhan sungguh luar biasa, kan? Di saat kami sudah memutuskan untuk memiliki anak, di saat kami sudah merasa siap baik secara mental dan finansial, Ia langsung menganugerahkan calon bayi bagi kami berdua, padahal saya tau banyak pasangan di luar sana yang sudah jauh lebih siap daripada kami mungkin masih belum mendapatkan kesempatan ini. Siapakah kami ini sehingga Ia begitu memberkati kami? Thank you, Lord, You’re really kindIni adalah salah satu berkat yang selalu saya syukuri setiap malam hingga hari ini.

Yang paling luar biasa tentunya adalah moment kelahiran Gavin seperti yang sudah pernah saya sharing dalam artikel saya sebelumnya (read : The Day Gavin was Born). Sampai hari ini pun saya masih sering berpikir, bagaimana kalau seandainya tanggal 1 Oktober 2016 itu Tuhan tidak menuntun langkah kami untuk melakukan kontrol ke dokter, bagaimana kalau tanggal tersebut tidak ada di perjanjian temu kami dengan dokter obsgyn saya, apa jadinya yah, huhu…saya tidak berani membayangkan. Sekali lagi, Tuhan sungguh murah hati! Gavin lahir ke dunia dengan sehat, saya pun sehat saat melahirkannya, Gavin bertumbuh besar hingga hari ini, saya dan F pun bisa menyaksikan dan menemaninya bertumbuh. Berkat Tuhan mana lagi yang kurang dalam hidup saya? I’m so blessed, I’m so blessed, we are so blessed! Jadi wajar donk yah kalau tiap malam sebelum tidur saya selalu memandang wajah Gavin dan bersikap sedikit dramatis dan terharu, hihihi…

Gavin1

Saya yakin, Tuhan sudah mempersiapkan berkat tersendiri bagi kehidupan setiap manusia. Berkat itu bisa sama bentuknya, bisa juga berbeda, jadi jangan membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain karena kita juga tidak pernah tau apa latar belakang hidup orang lain tersebut sehingga mungkin kelihatannya ia mendapatkan berkat yang jauh lebih berlimpah dari apa yang kita terima. Siapa tau, orang tersebut telah melalui banyak pergumulan dan tantangan berat melebihi apa yang kita sendiri alami. Bersyukurlah atas segala hal baik yang kita terima, meskipun itu kecil. Berbesar hatilah atas segala hal buruk yang kita terima, meskipun itu besar, karena dengan demikian menjadikan kita lebih kuat dan bersiap-siap untuk menerima berkat berlimpah yang akan datang setelahnya.

Sudahkah kamu bersyukur hari ini? (:

@valentcindy

“be grateful for the good things you’ve received though it’s small, be tough for the bad things happened though it’s big, more blessings are coming”

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *