Sejak pindah rumah ke Serpong, Tangerang pada bulan Juli 2015 tahun lalu, rasanya kalau mau ada keperluan ke Jakarta itu malas sekali. Alasannya sudah tentu karena macet yang sangat menggila, apalagi jika hendak melewati tol Karang Tengah. Karenanya, F mencari alternatif lain yang memudahkan perjalanan kami ke Jakarta dan taraa…akhirnya F menemukan sarana transportasi lain selain membawa kendaraan pribadi yaitu dengan cara naik kereta (KRL) atau yang biasa disebut Commuter Line.
Awalnya, saya agak ragu dengan ide ini. Jujur, seumur hidup saya selama tinggal di Jakarta, saya belum pernah naik kereta untuk bepergian di dalam kota. Image yang ada di kepala saya tentang kereta adalah bentuknya yang tua, kotor, sumpek, desak-desakan dan tidak aman. Sepertinya image ini terbentuk hanya karena sebelumnya sering melihat penampakannya di berita televisi atau surat kabar pada zaman duluuuu…hahaha…ditambah lagi saya memang pernah punya pengalaman buruk pada saat naik bus Metro Mini dimana saat ini saya sempat dijambret, semakin parno (paranoid) jadinya.
F kemudian yang pertama kali bereksperimen untuk naik kereta menuju Benhill. Rumah kami sebenarnya terletak di tengah-tengah jalur alternatif Serpong-Bintaro. Ternyata ada 2 stasiun kereta di daerah Bintaro yang sangat dekat jaraknya dengan rumah kami yaitu Stasiun Sudimara dan Stasiun Jurangmangu. F sangat menikmati pengalaman pertamanya naik kereta. Dia meyakinkan saya bahwa fasilitas kereta saat ini sudah sangat bagus, bersih, AC-nya dingin, meskipun terkadang ramai tapi masih dalam batas kewajaran, armadanya sudah cukup banyak sehingga tidak perlu khawatir jika ketinggalan kereta karena armada selanjutnya akan tiba segera, serta stasiun yang rapi. “Beda tipis lah dengan MRT-nya Singapura,” ujarnya dengan semangat.
Akhirnya, saya pun memberanikan diri untuk naik kereta, tujuannya saat itu adalah ke Sarinah. F mengantar saya sampai ke Stasiun Sudimara. Begitu sampai di stasiun, saya melihat bahwa memang stasiunnya cukup rapi meskipun terbuka (open space). Saya pun bermaksud menuju ke area tunggu kereta.
Untuk pembayaran kereta, dapat menggunakan 2 cara :
1. Jika kamu mempunyai Kartu Multi Trip (KMT) atau kartu Bank seperti Flazz BCA, e-money Mandiri dan Brizzi BRI, maka dapat langsung menggunakan kartu tersebut dengan cara tapping di pintu masuk stasiun. Biaya perjalanan hanya sebesar Rp 2.000,- untuk 25 KM pertama dan Rp 1.000,- untuk setiap 10 KM berikutnya dimana biaya ini akan dipotong pada saldo kartu saat tapping keluar stasiun pemberhentian.
2. Cara kedua yaitu jika tidak mempunyai kartu tersebut, maka kamu dapat membeli kartu kereta sekali jalan yang disebut THB (Tiket Harian Berjamin) di loket yang sudah tersedia dengan cara menyebutkan stasiun tujuan kamu. Harga yang harus kamu bayarkan pada saat membeli adalah Rp 12.000,- dimana biaya perjalanan sama dengan cara pertama di atas namun ada jaminan Rp 10.000,- yang dapat kamu ambil kembali pada saat pengembalian kartu pada loket di stasiun pemberhentian. Sebaiknya kamu pastikan bahwa stasiun tujuan akhir yang kamu sebutkan pada saat membeli THB benar-benar sama dengan pemberhentian kamu nantinya karena jika ternyata kamu turun pada stasiun yang berbeda dan ada selisih biaya perhitungan tarifnya, maka uang jaminan tersebut akan hangus.
Ketika memasuki bagian dalam kereta (commuter line) saya memang cukup takjub dengan apa yang saya lihat. Ternyata bayangan saya selama ini tentang kereta yang kotor, jorok, panas, semua sirna sudah. Bagian dalam kereta sangat rapi dan bersih dengan penerangan yang cukup. AC-nya pun terbilang cukup dingin, bahkan masih ditambah dengan kipas angin di bagian ceiling kereta. Petugas-petugas keamanan juga hilir-mudik menyusuri gerbong demi gerbong. Selain itu, ada 2 gerbong khusus wanita yang ditempatkan di bagian paling depan dan paling belakang dari rangkaian kereta. Benar-benar hanya “sebelas duabelas” dengan MRT-nya Singapura. Wah, diam-diam saya merasa bangga juga loh 😀
Perjalanan pertama saya dengan commuter line ini memakan waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai ke Sarinah. Bayangkan jika saya harus menyetir sendiri ke Jakarta, pastinya bisa 2x lipat lebih lama waktu yang harus saya habiskan di jalan.
Overall, saya merasa puas dengan pelayanan kereta (commuter line) saat ini, meskipun kadang tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa hambatan seperti rel kereta yang anjlok sehingga menyebabkan jadwal kedatangan kereta terlambat atau bahkan tertahan. Namun, alat transportasi yang satu ini sangat membantu di kala saya dan F sedang malas membawa kendaraan sendiri atau ingin sampai ke suatu tempat tujuan dengan lebih cepat. Sejak saat itu pun beberapa kali saya menggunakan transportasi commuter line sebagai pilihan saya untuk bepergian. Semoga ke depannya fasilitas ini akan lebih baik lagi. Salut untuk PT KAI 🙂
Oh yah, jangan takut kebingungan mengenai rute kereta ini, gampang kok lihatnya, tinggal tentukan dulu stasiun tujuan kamu dan ikuti saja jalur rutenya. Happy nge-bolang!
@valentcindy
“always excited of the first experience” VC